Hal Apa Saja yang Dapat Dipelajari dari Tim Papan Atas setelah Grand Prix Spanyol

Semeion Bintang Ridho Aunillah
6 min readMay 25, 2022

--

Race start pada Grand Prix Spanyol di Sirkuit Catalunya, Barcelona. Sumber: racingnews365.com

Setelah menggelar balapan yang begitu megah di “parkiran” HardRock Stadium, Formula 1 kembali ke Grand Prix Spanyol di Sirkuit Catalunya. Max Verstappen memimpin kelasemen setelah finis 1–2 di Barcelona di depan Sergio Perez. Namun, itu pun bisa jadi hanya kebetulan karena Charles Leclerc mundur dari balapan karena maslah power unit. Selain itu, ada pula performa eye-catching dari pembalap muda Mercedes, George Russel. Ada pula pembalap muda McLaren yang berjuang melawan sakitnya di trek, Lando Norris.

Berikut ini beberapa hal yang mungkin menjadi perbincangan pascabalapan weekend lalu.

Apakah Ferrari Sesungguhnya Sudah Mengungguli Red Bull?

Charles Leclerc memimpin Grand Prix Arab Saudi di depan Max Verstappen. Sumber: id.motorsport.com

Saat F1 menggelar balapan di Imola dan Miami beberapa waktu lalu, Ferrari sangat apik dalam mengeksekusi lap time di babak kuallifikasi sehingga mampu mengungguli Red Bull. Akan tetapi, sangat disayangkan bahwa manajemen ban di mobil Ferrari tidak lebih baik daripada Red Bull. Akibatnya, ban yang digunakan saat balapan sangat mudah aus/tergerus khususnya saat melawan Verstappen di trek lurus. Nah, sektor itu lah yang menjadi bahan evaluasi Ferrari waktu itu untuk kemudian melakukan upgrade di Barcelona.

Apakah Spanyol mampu membuktikan perubahan Ferrari? Jika dicermati lebih lanjut, sampai dengan sesi latihan bebas kedua, setting-an ban di Ferrari SF-75 sepertinya masih terlalu jauh dari ekspektasi karena jauhnya jarak kecepatan dengan Verstappen di Red Bull. Namun, sesi latihan bebas ketiga, jika saya mengamati, sudah ada progress dari Ferrari dengan catatan waktu yang lebih dekat.

Jika balapannya normal-normal saja, setelah Leclerc mencuri pole position, urutan dari balapan mungkin tidak akan banyak berubah ketika chequered flag keluar. Bahkan, Ferrari sudah dapat diprediksi akan menang meskipun Verstappen keluar dari trek saat balapan. Meskipun begitu, mundurnya Leclerc dari balapan menyebabkan belum adanya bukti apakah Ferrari sudah mampu mengungguli Red Bull khususnya dalam manajemen ban.

Ferrari Dibayang-bayangi Isu Reliabilitas Power Unit

Tahun ini, balapan di Melbourne dan Bahrain di awal musim mungkin akan menjadi hari yang ingin dilupakan Verstappen karena harus mundur dari balapan karena ada isu reliabilitas di Red Bull RB18. Meski saat diwawancarai hanya mengaku karena adanya kebocoran oli, tetapi mundurnya Verstappen dari dua balapan itu harus dibayar dengan defisit 46 poin dari Leclerc. Tidak hanya di Grand Prix Australia dan Bahrain, tetapi masalah masih juga muncul di Miami di mana Red Bull kembali mengalami isu overheating meskipun Verstappen pada akhirnya memenangi balapan.

Charles Leclerc mengemudikan Ferrari SF-75 kembali ke pit setelah mengalami isu power unit. Sumber: Instagram @f1

Akan tetapi, di balik unggulnya Ferrari saat Red Bull sedang susah susahnya, mundurnya Leclerc dari balapan di Barcelona justru membuktikan apa yang selama ini diagung-agungkan. Nyatanya, power unit Ferrari tidak se-reliabel yang dibayangkan sejak awal musim. Meskipun mesinnya kuat sampai kurang lebih 5 balapan lebih sedikit, tetapi apakah Ferrari selama ini masih belum tahu jika ada kemungkinan penyakit dalam power unit-nya? Itu yang mungkin bisa menjadi bahan evaluasi juga bagi Ferrari mengingat tim-tim konsumennya, khususnya Alfa Romeo, juga tidak jarang mengalami masalah di power unit seperti saat Zhou harus mundur juga dari balapan.

Sekelas Red Bull pun Masih Bermasalah dan Tidak Main-main dengan Team Order

Ilustrasi rearwing Red Bull RB18 karya Giorgio Piola. Sumber: formula1.com

Jika dipikir-pikir, Red Bull termasuk tim yang paling hebat dalam sejarah Formula 1. Meski berangkat dari tim Jaguar yang dulunya tidak memiliki harapan juara dunia, Red Bull mengubah hal itu setelah mengakuisisi tim tersebut. Selang beberapa musim setelah akuisisi, tim yang dulunya Jaguar bisa menyabet dua gelar juara dunia sekaligus, baik pembalap, maupun konstruktor.

Meskipun begitu, kegagahan Red Bull kenyataannya tidak seperti saat era emasnya saat itu. Pada masa pergantian regulasi yang mewajibkan perubahan power unit di tahun 2014, Red Bull justru terlihat keteteran dengan isu reliabilitas. Masalah ini pun juga kembali terjadi meskipun tidak secara eksplisit diungkap di musim 2022 saat perubahan regulasi besar-besaran terjadi. Bahkan, masalah “kecil-kecilan”, seperti DRS, pun juga menjadi beban tersendiri bagi Red Bull ketika di Barcelona kemarin. Namun, perlu diingat bahwa sudah berulang kali jika Red Bull sering bermasalah dengan DRS karena memang desainnya dibuat dengan bahan lebih ringan dengan risiko seperti itu.

Mobil RB18 yang dikemudikan Sergio Perez berada di depan Max Verstappen. Sumber: motorsport.com

Selain aspek teknis, Red Bull pun juga terkenal tegas dalam hal team order. Salah satu contoh paling terkenal dan kontroversial adalah ketika Grand Prix Malaysia 2013 di mana pembalap saat itu diminta untuk mengeksekusi taktik “Multi 21”. Kejadian ini seperti terulang kembali polanya saat balapan di Spanyol kemarin ketika Sergio Perez harus memberikan posisinya kepada Verstappen setelah berhasil menyalip Russel. Padahal, pada lap-lap sebelumnya Verstappen begitu kesulitan menyalip Russel karena masalah DRS itu tadi di mobilnya. Meskipun kecewa, tetapi mau bagaimana lagi jika memang posisi Sergio Perez di Red Bull hanya sebagai “pembalap kedua” seperti Mark Webber di tahun 2013.

Mercedes Bisa Jadi Pencuri Kemenangan

George Russel (kiri) dan Max Verstappen (atas) mengemudikan mobil timnya masing masing dalam balapan Grand Prix Spanyol. Sumber: autosport.com

Sang juara dunia konstruktor 8 kali berturut-turut sepertinya memang sudah menemukan arah yang tepat untuk berkompetisi di musim 2022 ini. Sebelum itu, Mercedes tampak kesulitan terhadap kualitas dan performa mobilnya, W13. Apalagi, salah satu masalahterberat musim ini, porpoising, sangat terlihat ketika F1 menggelar balapan di timur tengah.

Namun, kondisinya kini telah berbeda dari balapan-balapan sebelumnya. Upgrade yang dibawa Mercedes ke Barcelona kemarin membuahkan hasil positif. Tim ini mampu meraih posisi ketiga dan kelima di balapan beberapa hari lalu. Dengan performa kedua pembalapnya yang baik, tidak heran jika Mercedes mungkin bisa lebih stabil ke depannya.

Menurut saya, ada dua hal yang bisa disorot dari balapan terakhir. Pertama, George Russel mampu melawan sang jawara dunia 2021, Max Verstappen. Meskipun ini adalah tahun pertamanya di Mercedes, tetapi sejauh ini Russel memang menunjukkan performa konsisten di lima besar dan di depan Lewis Hamilton. Performanya teruji ketika ia harus melawan dua Red Bull di belakangnya. Nyatanya, ia mampu mempertahankannya hingga beberapa lap, meskipun itu juga mungkin karena faktor masalah DRS di RB18 yang dikemudikan Vertappen.

Kedua, Hamilton masih punya asa dan jiwa kompetisi yang mumpuni. Kenapa begitu? Meskipun bersenggolan dengan Kevin Magnussen di lap pertama, Hamilton mampu kembali ke posisi lima besar setelah keteteran di belakang karena harus kembali ke pit untuk mengganti ban. Awalnya, ia bertanya-tanya ke pit kenapa tidak sekalian mundur saja untuk keberlanjutan power unit ke depannya. Akan tetapi, Ia ternyata dapat kembali ke posisi lima besar setelah terpaut gap 38 detik dari posisi terdepan. Hamilton pun mungkin dapat berhadapan dengan Red Bull jika ia tidak bersenggolan dengan Magnussen.

Performa tim yang demikian kuat dibandingkan beberapa balapan lalu memungkinkan Mercedes untuk meraih poin maksimal. Bahkan, bukan tidak mungkin jika Mercedes lah yang akan mencuri kemenangan di balapan-balapan yang tidak normal, seperti Grand Prix Hungaria 2021.

Mengetahui beberapa poin tersebut, ternyata masih ada masalah-masalah yang perlu dihadapi dan ditemukan solusinya oleh tim papan atas. Masih banyak pertanyaan juga yang mungkin belum bisa terjawab di awal musim, seperti apakah Ferrari benar-benar kuat untuk mengungguli Red Bull tahun ini? atau apakah ternyata Ferrari tidak berhadapan dengan Red Bull, tetapi justru Mercedes? Menurut Anda, bagaimana? Yuk, berikan komentar Anda!

--

--